Kamis, 31 Mei 2012

Analisis Perubahan Pendapatan Laba Kotor


ANALISIS PERUBAHAN PENDAPATAN LABA KOTOR
Perubahan dalam laba kotor (gross profit) perlu dianalisa untuk mengetahui sebab- sebab perubahan tersebut, baik perubahan yang menguntungkan (kenaikan) maupun perubahan yang merugikan (penurunan). Pada dasarnya perubahan laba kotor itu disebabkan oleh 2 faktor yaitu :
1.      Faktor Penjualan
2.      Faktor Harga PokokPenjualan
(Laba kotor = Penjualan – HPP)
Ø      Hasil penjualan dapat disebabkan oleh :
  1. perubahan  harga jual persatuan produk
  2. Perubahan kuantitas  atau volume produk yang dijual/dihasilkan.
Ø      Perubahan Harga Pokok Penjualan dapat disebabkan :
  1. Perubahan harga pokok rata-rata persatuan
  2. Perubahan kuantitas atau volume produk yang dijual.
Ø      Penyebab Perubahan Laba Kotor:
  1. Perubahan Harga Jual (Sales Price Variance).
  2. Perubahan Kwantitas produk yang dijual (sales volume variance).
  3. Perubahan Harga Pokok Penjualan per satuan produk (cost price variance)
  4. Perubahan kwantitas harga Pokok penjualan (cost volume variance)

Sales Price Variance
Perubahan harga jual yaitu adanya perubahan antara harga jual yang sesungguhnya dengan harga jual yang dibudgetkan atau harga jual tahun sebelumnya.
(HJ2 – HJ1)K2
Ket:
HJ1 = Harga jual per satuan produk yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya.
HJ2 = Harga jual per satuan produk yang sesungguhnya.
K2 = Kuantitas atau volume produk yang sesungguhnya dijual
Apabila (HJ2 –HJ1) menunjukan angka positif berarti ada kenaikan harga, menguntungkan. Sebaliknya bila (hj2-hj1) negatif berarti ada penurunan harga jual dan menunjukan keadaan yang merugikan.
Sales Volume Variance
Perubahan kuantitas produk yang dijual yaitu adanya perbedaan antara kuantitas produk yang direncanakan/tahun sebelumnya dengan kuantitas produk yang sesungguhnya dijual (direalisir).
(K2 – K1) HJ1
Ket:
K2 = Kuantitas penjualan sesungguhnya
K1 = Kuantitas penjualan yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya.
HJ 1= Harga jual per satuan produk yang dibudgetkan (tahun sebelumnya)
Bila (K2 –K1) menghasilkan angka positif berarti adanya peningkatan penjualan, menguntungkan. Bila (K2 – K1) negatif menunjukan adanya penurunan kuantitas penjualan, merugikan.

Cost Price Variance
Perubahan Harga Pokok Penjualan Persatuan Yaitu adanya perbedaan antara harga pokok penjualan per satuan produk menurut budget atau tahun sebelumnya dengan harga pokok yang sesungguhnya.
(HPP2 – HPP1) K2
Ket:
HPP2 = HPP yang sesungguhnya
HPP1 = HPP menurut budget atau tahun sebelumnya.
K2 = Kuantitas produk yang sesungguhnya dijual.
Bila (HPP2 – HPP1) = positif, ada kenaikan biaya (HPP) artinya merugikan. Sebaliknya bila (HPP2 – HPP1) negatif menguntungkan

Cost Volume Variance
Yaitu adanya perubahan harga pokok penjualan karena adanya perubahan kwantitas/volume yang dijual atau yang diproduksi.
(K2 – K1) HPP1


Ket:
K2 = kuantitas produk yang sesungguhnya dijual/dihasilkan.
K1 = Kuantitas produk menurut bdget (tahun sebelumnya).
HPP1 = HPP persatuan barang menurut budget

Selasa, 01 Mei 2012

Modal Kerja


Pengertian Modal Kerja
Istilah modal kerja mempunyai banyak pengertian dalam bahasa asing, modal kerja dikenal dengan istilah working capital atau istilah lainnya adalah liquid capital atau current capital. Modal kerja merupakan salah satu bagian dari assets yang ada dalam perusahaan atau koperasi. Modal kerja menurt Bambang Riyanto (2001:57) adalah dana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan sehari-hari.
Menurut Bambang Riyanto (2001:57) ada beberapa konsep dalam modal kerja yaitu :
a.       Konsep Kuantitatif
Modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar.
b.      Konsep Kualitatif
Modal kerja menurut konsep ini merupakan kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancar.
c.       Konsep Fungsional
Modal kerja menurut konsep ini adalah konsep yang mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan perusahaan.

Ø      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Jumlah Modal Kerja
Besar kecilnya jumlah modal kerja pada koperasi berbeda-beda dari waktu ke waktu. Dalam menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan bukanlah persoalan yang mudah.
Menurut S.Munawir (2002:17-119) faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja adalah sebagai berikut :
1.      Sifat atau type dari perusahaan
Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relative akan lebih rendah bila dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja perusahaan industri karena untuk perusahaan jasa tidak memerlukan investasi yang besar dalam kas, piutang mapun persediaan.
2.      Waktu yang dibutuhkan untuk memprodusir atau memperoleh barang yang akan dijual hingga harga persatuan dari barang tersebut.
Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual maupun bahan dasar yang akan diprodusir sampai barang tersebut dijual. Makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memprodusir atau untuk memperoleh barang tersebut makin besar pula modal kerja yang dibutuhkan Disamping itu harga pokok persatuan barang jasa akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan, semakin besar harga pokok persatuan barang yang dijual akan semakin besar pula kebutuhan akan modal kerja.
3.      Syarat pembayaran bahan atau barang dagangan
Syarat pembelian barang dagangan atau bahan dasar yang digunakan untuk memprodusir barang yang sangat mempengaruhi jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Jika syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian menguntungkan, makin sedikit uang kas yang harus diinvestasikan dalam persediaan bahan ataupun barang dagangan, sebaliknya bila pembayaran atas bahan atau barang yang dibeli tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu yang pendek maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai persediaan semakin besar pula.
4.      Syarat Penjualan
Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor pihutang. Untuk mempermudah dan memperkecil jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam pihutang dan untuk memperkecil resiko adanya pihutang yang tak dapat ditagih, sebaliknya perusahaan memberikan potongan tunai kepada para pembel, karena dengan demikian para pembeli akan tertarik untuk segera membayar hutangnya dalam periode diskonto tersebut.
5.      Tingkat Perputaran Persediaan
Tingkat perputaran persediaan (inventory turn over), menunjukkan berapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli dan dijual kembali. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan (terutama yang harus diinvestasikan dalam persediaan) semakin rendah. Untuk dapat mencapai tingkat perputaran yang tinggi, maka harus diadakan perencanaan dan pengawasan secara teratur dan efisien. Semakin cepat atau semakin tinggi tingkat perputaran akan memperkecil resiko terhadap kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, disamping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.


Ø      Sumber Modal Kerja
Sumber-sumber modal kerja pada koperasi adalah sebagai berikut :
a)      Modal yang berasal dari simpanan yang berbentuk simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela.
1.      Simpanan pokok adalah simpanan yang wajib diserahkan pada koperasi oleh anggota yang baru masuk menjadi anggota koperasi berupa sejumlah nilai tertentu, ini bisa diambil kembali selama masih menjadi anggota koperasi.
2.      Simpanan wajib adalah simpanan yang dibayar oleh anggota dan jumlah nilai uang tertentu dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan dapat diambil kembali oleh anggota yang bersangkutan melalui waktu yang telah ditentukan.
3.      Simpanan sukarela adalah simpanan yang diserahkan oleh anggota atau non anggota atas kehendaknya sendiri berupa jumlah nilai uang tertentu.
b)      Modal yang berasal dari donasi
Modal yang berasal dari donasi adalah modal yang diperoleh koperasi berasal dari luar baik itu berbentuk kas maupun non kas.
c)      Modal yang dipupuk dari cadangan koperasi
Modal yang dipupuk dari cadangan koperasi adalah modal yang berasal dari akumulasi sisa hasil usaha dan penyisihan dana.
d)      Dari modal yang berupa sisa hasil usaha
Modal yang berupa sisa hasil usaha tahun berjalan dan tahun sebelumnya yang belum dibagi.
Menurut S.Munawir (2002:120-122) mengemukakan bahwa pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari :
a.       Hasil koperasi perusahaan, adalah net income yang nampak dalam laporan perhitungan rugi laba.
b.      Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek) yakni keuntungan yang diperoleh dari penjualan. Surat berharga ini merupakan suatu sumber untuk bertambahnya modal kerja, sebaliknya apabila dalam penjualan tersebut terjadi kerugian maka akan menyebabkan berkurangnya modal kerja.
c.       Penjualan aktiva tidak lancar yakni sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Apabila dari hasil penjualan aktiva tetap atau aktiva tidak lancar lainnya ini tidak segera digunakan untuk mengganti aktiva yang bersangkutan, akan menyebabkan aktiva lancar sedemikian besarnya sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan (adanya moda kerja yang berlebih-lebihan).
d.      Penjualan saham atau obligasi yakni untuk menambah dana modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, disamping itu perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya.
Dari uraian diatas tentang sumber-sumber modal kerja dapat disimpulkan bahwa modal kerja akan bertambah apabila :
1)      Bertambahnya modal yang berasal dari simpanan, baik simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela.
2)      Bertambahnya modal yang berasal dari donasi cadangan koperasi dan sisa hasil usaha.
3)      Adanya kenaikan sektor modal baik yang berasal dari laba maupun adanya pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan.
4)      Ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi.
5)      Ada penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotek atau hutang panjang lainnya. Yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar.

Ø      Unsur-Unsur Modal Kerja
Menurut S.Munawir (2002:14-16) yang termasuk dalam aktiva lancar adalah sebagai berikut :
a.       Kas, atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan.
b.      Investasi jangka pendek (surat-surat berharga atau marketable securities) adalah investasi yang sifatnya sementara (jangka pendek) dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas yang untuk sementara belum dibutuhkan dalam operasi.
c.       Piutang wesel, adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam undang-undang.
d.      Piutang dagang adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditur atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit.
e.       Persediaan, untuk perusahaan perdagangan yang dimaksud dengan persediaan adalah semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih digudang belum laku dijual.
f.        Piutang penghasilan atau penghasilan yang masih harus diterima adalah penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan sudah memberikan jasa atau prestasinya, tetap belum diterima pembayarannya, sehingga merupakan tagihan.
g.       Persekot atau biaya yang dibayar dimuka, adalah pengeluaran untuk memperoleh jasa atau prestasi dari pihak lain itu belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan pada periode berikutnya.
Sedangkan utang lancar menurut S.Munawir (2002:18) adalah sebagai berikut :
Utang lancar adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan.
Bambang Riyanto (2001:17) mengemukakan bahwa utang jangka pendek yaitu modal asing jangka waktu paling lama satu tahun.
Dari pendapat para ahli diatas bahwa utang lancar adalah kewajiban perusahaan yang harus dipenuhi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun.
Menurut S.Munawir (2002:18) utang lancar meliputi :
a.       Hutang dagang, adalah hutanmg yang timbul karena adanya pembelian barang dagangan secara kredit.
b.      Hutang wesel, adalah hutang yang disertai dengan janji tertulis (yang diatur dengan undang-undang) untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu tertentu dimasa yang akan datang.
c.       Hutang pajak, baik pajak untuk perusahaan yang bersangkutan maupun pajak pendapatan karyawan yang belum disetorkan ke kas negara.
d.      Hutang yang masih harus dibayar, adalah biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya.
e.       Hutang jangka pendek yang segera jatuh tempo, adalah sebagian (seluruh) hutang jangka panjang yang sudah menjadi hutang jangka pendek, karena harus segera dilakukan pembayarannya.
f.        Penghasilan yang diterima dimuka (Diferred Revenue), adalah penerimaan uang untuk penjualan barang atau jasa yang belum direalisir.

Ø      Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Penyediaan Jumlah Modal Kerja
Perputaran piutang mempengaruhi terhadap jumlah modal kerja, karena piutang sebagai salah satu komponen dari modal kerja.
Semakin cepat tingkat perputaran piutang yang terjadi dalam suatu perusahaan, hal ini berarti semakin singkat waktu tertanamnya modal kerja dalam piutang sehingga semakin kecil jumlah modal kerja yang ada pada koperasi.
Semakin lambat atau rendah tingkat perputaran piutang, berarti semakin lama waktu tertanamnya modal kerja dalam piutang sehingga jumlah modal kerja akan lebih besar untuk membiayai piutang. Rendahnya tingkat perputaran piutang ini menunjukkan adanya kelebihan modal kerja yang tertanam dalam piutang.
Mengenai pengaruh perputaran piutang terhadap penyediaan jumlah modal kerja, S.Munawir 92002:75) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut :
Makin tinggi ratio (turn over) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau ratio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut. Mungkin bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungki ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit.
Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001:91) mengatakan bahwa tinggi rendahnyareceivables turn over mempunyai efek yang langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Makin tinggi turn overnya, berarti makin cepat perputarannya, yang berarti makin pendek waktu terikatnya modal dalam piutang.  

Rabu, 25 April 2012

Break Even Point


Break Even Point
Sebelum menguraikan dan menjelaskan tentang biaya-biaya BEP perlu diketahui terlebih dahulu tentang pengertian Break Even Ponit ( BEP )  itu  sendiri yang ditinjau dari berbagai sudut. Untuk lebih jelasnya akan di kemukakan mengenai pendapat beberapa ahli dalam mendefinisikan pengertian BEP
1.   Dari Segi Keuangan
Menurut Bambang Riyanto ( 1995: 291 ) BEP adalah suatu tehnik analisa untukmempelajari hubungan biaya tetap, biaya variabel, laba dan volume kegiatan penjualan. Menurut Sutrisno ( 2000 : 216 ) BEP adalah suatu kondisi dimana pada periode tersebut perusahaan tidak mendapat keuntungan dan juga tidak menderita kerugian.
2.   Ditinjau dari Segi Kuantitas Produksi
Menurut T. Hani handoko ( 1984 : 307 ) BEP adalah analisa yang digunakan untuk menentukan berapa jumlah produk ( Rupiah atau unit keluaran ) yang dihasilkan agar perusahaan tidak rugi dan tidak untung.
3.   Ditinjau dari Segi Biaya
Menurut Mulyadi ( 1984 : 72 ) BEP adalah suatu keadaan dimana suatu usaha tidak memperoleh laba dan tidak merugi. Dengan kata lain suatu usaha dikatakan impas apabila jumlah penghasilan sama dengan jumlah biaya, atau apabila marginal income hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja.
4.  Ditinjau dari Segi Laba
Menurut komarudin ( 1983 : 44 ) BEP adalah volume keseimbangan dimana besarnya penjualan tanpa diderita kerugian atau memperoleh laba dan menutup semua biaya yang telah dikeluarkan.
Break Even Volume   =    Biaya tetap
Hasil penjualan – biaya variabel
Volume  penjualan

Berdasarkan pengertian dari berbagai sudut pandang diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian BEP ( Break Even Point ) adalah  Suatu keadaan dimana dalam operasi perusahaan untuk menentukan jumlah produk dalam Rupiah atau unit perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. (penghasilan = total biaya).
·        Anggapan- anggapan dan Keterbatasan Analisa Break Even Point (BEP)
Menurut Munawir ( 1990 : 197 ) Anggapan merupakan suatu konsep dasar atau dasar pemikiran yang harus diterapkan walau pun anggapan-anggapan tersebut mungkin tidak sesuai dengan kenyataan. Mudah tidaknya perhitungan atau penentuan titik break even point baik denangan rumus matematika maupun grafik, tergantung pada konsep-konsep yang mendasari perhitungan tersebut. Pada umumnya konsep atau anggapan dasar yang digunakan dalam analisa break even point adalah sebagai berikut :
Bahwa biaya harus dapat dipisahkan atau diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel dan perinsip validitas biaya dapat diterapkan dengan tepat.Terhadap biaya semi variabel ini harus dilakukan pemisahan menjadi unsur tetap dan unsur variabel secara teliti baik dengan menggunakan pendekatan analitis maupun pendekatan historis.
Bahwa biaya tetap secara total akan selalu konstan samapi tingkat kapasiats penu. Biaya tetap adalah merupakan biaya yang selalu akan terjadi walaupun perusahaan berhenti beroperasi.
Bahwa biaya variabel akan berubah secara proposionil (sebanding) dengan perubahan volume penjualan dan adanya sinkronisasi antara produksi dan keadaan penjualan.
Bahwa Harga jual produk tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan. Jika dalam usaha menaikkan volume penjualan dilakukan penurunan harga jual, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya, volume dan laba.
Mungkin diantara anggapan –anggapan tersebut diatas, anggapan yang paling pokok adalah “bahwa volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya.
Dengan adanya anggapan-anggapan atau keterbatasan tersebut maka dalam grafik break even garis-garis jumlah penjualan, jumlah biaya, ( baik biaya tetap maupun biaya variabel ) semua nampak lurus. Karena semua perubahan dianggap sebanding atau proposionil dengan volume penjualan. Disamping itu analisa break even baik dengan mengunakan rumus matematika maupun dengan grafik tidak dapat menunjukkan kepada management atau penganalisa tentang tingkat penjualan yang optimum dalam arti tingkat penjualan yang dapat diperoleh keuntungan yang paling besar.

·        Analisa Biaya, Volume, dan Laba
Analisa Impas memberikan informasi berapa  tingkat penjualan minimum yang harus dicapai suatu perusahaan agar supaya tidak menderita  kerugian. Dari analisa tersebut juga dapat diketahui sampai seberapa jauh volume penjualan yang direncanakan boleh turun, agar supaya perusahaan tidak menderita kerugian. Analisa Impas merupakan salah satu bentuk analisa biaya,volume salah satu bentuk analisa biaya, volume dan laba karena untuk mengetahui impas maupun margin of safety perlu dilakukan analisa terhadap hubungan antara biaya, volume dan laba.
Apabila didalam analisa impas titik Berat analisa diletakkan pada tingkat penjualan minimum yang menghasilkan  laba sama dengan nol, maka dalam analisa biaya, volume, dan laba ini titik berat analisa diletakkan pada sampai seberapa jauh perubahan – perubahan pada biaya, volume dan harga jual berakibat pada perubahan laba perusahaan. Untuk memudahkan analisa akibat pengaruh perubahan biaya, volume dan harga jual terhadap laba, maka dapat dibuat garfik laba dan volume.
§         Jenis-jenis Break Even Point ( BEP )
1.      Break Even Chart
Suatu peta yang menggambarkan grafik-grafik yang terdiri atas kurva jumlah seluruh biaya ( tetap dan variabel ) dan kurva pendapatan pada tiap tingkatan produksi, perpotongan kedua  kurva adalah “titik kembali pokok” ( titik yang berpotongan dari 2 garis lurus yang sama besar wilayahnya ).
2.      Break Even Equation
Suatu persamaan yang dinyatakan dengan rumus :
Penjualan pada titik kembali pokok   =    FC
1- Pct VC
Keterangan   :
FC          =  biaya tetap
Pct VC    =  Persentase biaya variabel terhadap penjualan
Break Even Function
Fungsi kembali pokok yang dirumuskan  sebagai berikut :
FC
S       =
( 1 – VC )
Keterangan   :
S       =  Jumlah penjualan
FC    =  Biaya tetap
VC    =  Rasio biaya variabel terhadap jumlah penjualan yang diharapkan.
·        Keterbatasan Sistem Break Even Point
Menurut Mulyadi Keterbatasan system break even point adalah sebagai berikut :
Garis biaya keseluruhan yakni garis yang menggambarkan jumlah biaya tetap dan biaya variabel seharusnya tidak digambarkan sebagai garis lurus, sebab dalam kenyataanya biasanya biaya tersebut tidak berubah secara propesional tiap satuan produk yang dijual dan dibuat belum tentu mengeluarkan biaya variabel yang sama .
Garis lurus yang menggambarkan penerimaan penjualan juga tidak tepat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Alasannya adalah bahwa permintaan yang ditujukan dalam bagan break even yang dikonvensional dianggap sama saja dalam semua tingkat besarnya produksi.
Bagan break even menunjukkan gambaran yang statis sedangkan jalannya   perusahaan  amat  dinamis. Sering kali demi penyederhanaan diabaikan adanya klasifikasi biaya semi variabel atau semi tetap kemudian dimasukkan begitu saja kedalam biaya variabel atau biaya tetap.
·        Kegunaan Dan Manfaat Analisa Impas ( Break Even )
Menurut Sutrisno analisa Break Even dapat digunakan untuk membantu menetapkan sasaran tujuan perusahaan, kegunaan bagi menejemen  antara lain :
Sebagai dasar atau landasan merencanakan kegiatan operasional dalam usaha  mencapai laba tertentu. Sebagai dasar atau landasan untuk mengendalikan kegiatan operasi yang sedang berjalan yaitu alat untuk pencocokan antara realisasi dengan angka-angka dalam perhitungan Break Even atau dalam gambar Break Even .
Sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan harga jual yaitu setelah diketahui hasil perhitungan menurut hasil analisa Break Even dan laba yang ditargetkan.
Sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang harus dilakukan seorang manager suatu  perusahaan.
·        Manfaat  Break Even Point  ( BEP )
Manfaat Break Even Point dari berbagai segi seperti keuangan, kuantitas yang diproduksi, perubahan harga penjualan, dan dari segi laba adalah sebagai berikut :
a. BEP bermanfaat bagi perusahaan untuk mengetahui kondisi keuangan  perusahaan
BEP bermanfaat bagi perusahaan untuk menentukan jumlah peralatan dalam rupiah atau unit yang akan dihasilkan perusahaan agar tidak rugi dan tidak untung.
BEP  bermanfaat untuk menargetkan perusahaan harga penjualan dan peralatan.
BEP bermanfaat untuk mengetahui jumlah biaya tetap dan variabel serta hubungan pendapatan total pada tingkat produksi.

Selasa, 03 April 2012

Analisis Sumber & Penggunaan Kas

ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS
Laporan perubahan kas (cash flow statement) atau laporan sumber dan penggunaan kas disusun untuk menunjukan perubahan kas selama satu periode dan memberikan alasan mengenai perubahan tersebut dengan menun jukan darimana sumber-sumber kas dan penggunaan-penggunaanya. Laporan sumber dan penggunaan kas menggambarkan atau menunjukan aliran atau gerakan kas yaitu sumber-sumber penerimaan dan penggunaan kas dalam periode yang bersangkutan. Laporan sumber dan penggunaan kas akan dapat digunakan sebagai dasar dalam menaksir kebutuhan kas dimasa mendatang dan kemungkinan sumber-sumber yang ada.
Tujuan Cash Flow Statement yaitu:
Ø      Menunjukkan perubahan kas selama satu periode.
Ø      Mengidentifikasi sumber-sumber Kas selama satu periode.
Ø      Mengidentifikasi penggunaan Kas selama satu periode.
Transaksi yang tidak mempengaruhi kas, sebagai berikut:
a)      Adanya pengakuan atau pembebanan depresiasi, amortisasi, dan deplesi terhadap aktiva tetap, intangible asset dan dan wasting asset. Biaya depresiasi ini merupakan biaya yang tidak memerlukan pengeluaran kas.
b)      Pengakuan adanya kerugian piutang baik dengan membentuk cadangan kerugian piutang maupun tidak dan penghapusan piutang karena piutang yang bersangkutan tidak dapat ditagih.
c)      Adanya penghapusan atau pengurangan nilai buku dari aktiva yang dimiliki karena aktiva ybs telah habis disusutkan atau sudah tidak dapat dipakai lagi.
d)      Adanya pembayaran stock deviden, adanya penyisihan atau pembatasan pengguanaan laba dan adanya penilaian kembali (revaluasi) terhadap aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan.
e)      Terhadap trasnsaksi-transaksi yang tidak mempengaruhi kas tersebut harus dilakukan jurnal penyesuaian (adjustment dan reversal )
§         Sumber Penerimaan Kas
Kas merupakan aktiva yang paling likwid atau merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi likwiditasnya. Kas harus direncanakan dan diawasi dengan baik. Baik penerimaan maupun penggunaannya.
Sumber penerimaan kas suatu perusahaan :
1.     Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud (intangible assets), atau adanya penurunan aktiva tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas.
2.      Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas.
3.      Pengeluaran surat tanda bukti utang, baik jangka pendek (wesel) maupun utang jangka panjang (utang obligasi, utang hipotik, atau utang jangka panjang lain) serta bertambahnya utang yang diimbangi dengan penerimaan kas.
4.      Adanya penurunan atau berkurannya aktiva lancar selain kas yang diimbangi denagn penerimaan kas pembayaran, berkurangnya persediaan barang dagangan karena adanya penjualan secara tunai, adanya penurunan surat berharga (efek) karena ada penjualan dan sebagainya.
5.      Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau dividen dari investasinya, sumbangan ataupun hadiah maupun adanya pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada periode-periode sebelumnya.
6.      Keuntungan dari operasi perusahaan, Apabila perusahaan memperoleh keuntungan neto dari operasinya berarti ada tambahan dana dari perusahaan yang bersangkutan.

§         Sumber  Pengeluaran Kas
Adapun penggunaan atau pengeluaran kas dapat di sebabkan oleh adanya transaksi-transaksi sebagai berikut:
1.     Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta pembelian aktiva tetap lainnya.
2.      Penarikan kembali saham yang beredar maupun pengambilan (prive) oleh pemilik.
3.     Pelunasan pembayaran angsuran utang jangka pendek maupun utang jangka panjang. Pembelian barang dagangan secara tunai.
4.     Pembelian barang secara tunai, adanya pembayaran biaya opersi yang meliputi upah dan gaji, pembelian supplies kantor, pembayaran sewa, bunga, premi asuransi, advertensi, dan adanya persekot-persekot biaya maupun persekot pembelian.
5.     Pengeluaran kas untuk pembayaran dividen (bentuk pembagian laba lainnya secara tunai), pembayaran pajak, denda-denda, dan sebagainya.
6.     Adanya kerugian dalam operasi perusahaan. Terjadinya kerugian dalam operasi perusahaan dalam mengakibatkan berkurangnya kas atau menimbulkan utang yaitu bila diperlukan dana untuk menutup kerugian tersebut. Timbulnya utang sebenarnya merupakan sumber dana tetapi dana ini digunakan untuk menutup kerugian tersebut.

Sumber penerimaan kas yang berasal dari penjualan barang dagangan maupun jasa bila dipertemukan dengan biaya operasi maka secara neto akan diperoleh sumber kas yang berasal dari operasi (laporan laba rugi dasar tunai). Akan tetapi, pada umumnya perusahaan menyusun laporan laba rugi dengan menggunakan dasar waktu, oleh karena itu laba bersih yang dilaporkan dalam laporan laba rugi harus disesuaikan sehingga menjadi hasil operasi berdasarkan tunai (cash basis).



BUDGET KAS
Sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha industri tas anak-anak, akan merencanakan penjualan ke beberapa daerah secara kuartalan sebanyak 200.000 unit selama tahun 2006. Berikut disajikan informasi berkenaan dengan rencana penjualan di atas, yakni sebagai berikut :
Rencana Penjualan selama 4 kwartal adalah sebagai berikut :
Kwartal I : 20.000 unit 
Kwartal II : 60.000 unit 
Kwartal III : 30.000 unit 
Kwartal IV : 18.000 unit 
Harga jual/unit : Rp. 1000 
Tagihan kas kwartal IV pada tahun sebelumnya (2005) adalah Rp. 3.100.000
Tagihan kas penjualan sebagai berikut : 70% ditagih dalam kwartal penjualan, sedangkan sisanya 30% ditagih pada kwartal berikutnya.
Penjualan pada kwartal IV terdapat sebanyak Rp. 5.400.000 yang tidak tertagih dan dimasukkan sebagai piutang usaha pada akhir periode tahun 2006 
PT Singga Buana 
Anggaran Penjualan 
31 Desember 2006 

Kwartal 
Keterangan I II III IV Tahun
Expektasi Penjualan 20000 60000 30000 18000 128000
Harga Jual per Unit 1000 1000 1000 1000 1000
Jumlah Penjualan 20000000 60000000 30000000 18000000 128000000

Skedul Ekspektasi Penagihan Kas 
Piutang Usaha 3100000 3100000
Penjualan 
Kuartal I (20jt x 
70%, 30%) 14000000 6000000 20000000
Kuartal II (60jt x 
70%, 30%) 42000000 18000000 60000000
Kuartal III (30jt x 
70%, 30%) 21000000 9000000 30000000
Kuartal IV (18jt x 
70%) 12600000 12600000

Jml Kas yg Ditagih 14000000 48000000 39000000 21600000 125700000



SIKLUS KAS

Aliran kas masuk dan aliran kas keluar akan terjadi secara terus menerus dalam perusahaan atau akan berlangsung terus selama hidupnya perusahaan. Arus penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu perusahaan digambarkan oleh Robert W. Johnson dalam bukunya financial Management.

Sumber penerimaan kas yang berasal dari penjualan barang dagang maupun jasa bila di pertemukan dengan biaya operasi maka secara neto akan diperoleh sumber kas yang berasl dari operasi (laporan rugi-laba dasr tunai), tetapi pada umumnya perusahaan menyusun laporan rugi-laba dengan menggunakan dasr waktu, oleh karena itu laba bersih yang dilaporkan dalam laporan rugi-laba harus di sesuaikan sehingga menjadi hasil operasi berdasarkan tunai (cash basis).

Rabu, 21 Maret 2012

LAPORAN KEUANGAN YANG DIPERBANDINGKAN


LAPORAN KEUANGAN YANG DIPERBANDINGKAN
Tujuan analisis laporan keuangan menurut Harahap (1999: 195-197) dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.     Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa.
2.     Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit).
3.      Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4.      Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
5.      Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peringkatan (rating).
6.      Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan perkataan lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga antara lain: a. Dapat menilai prestasi perusahaan, b. Dapat meproyeksi keuangan perusahaan, c. Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu tertentu : 1) Posisi keuangan (Asset, Neraca, dan Modal), 2) Hasil usaha perusahaan (hasil dan Biaya), 3) Likuiditas, 4) Solvabilitas, 5) Aktivitas, 6) Rentabilitas dan Profitabilitas, dan 7) Indikator Pasar Modal, d. Menilai perkembangan dari waktu ke waktu, dan e. Menilai komposisi struktur keuangan, arus dana.
7.      Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
8.      Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.
9.      Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan dan sebagainya.
10.  Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang.
Dari sudut lain tujuan analisis Laporan Keuangan menurut Bernstein (1983) dalam Harahap (1999: 197) adalah sebagai berikut :
a)      Screening, analisis dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan dengan tujuan untuk memilih kemungkinan investasi atau merger.
b)      Forcasting, analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang.
c)      Diagnosis, analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masakah yang terjadi baik dalam manajemen operasi, keuangan atau masalah lain.
d)      Evaluation, analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, operasional, efisiensi dan lain-lain
Prosedur Analisis Laporan Keuangan
Prosedur analisis laporan keuangan menurut Abdullah (2001: 34-35) dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)      Review data laporan keuangan: aktivitas penyesuaian data laporan keuangan terhadap berbagai hal, baik sifat/jenis perusahaan yang melaporkan maupun sistem akuntansi yang berlaku. Tujuan dilakukannya review data laporan keuangan adalah untuk menyakinkan pada penganalisa bahwa laporan keuangan itu sudah cukup jelas menggambarkan semua data keuangan yang relevant dan telah diterapkannya prosedur akuntansi maupun metode penilaian yang tepat, sehingga penganalisa akan betul-betul mendapatkan laporan keuangan yang dapat diperbandingkan (comparable).
2)      Menghitung, dengan menggunakan berbagai metode dan teknik analisis dilakukan perhitungan-perhitungan, meliputi metode perbandingan, persentase perkomponen, analisis rasio keuangan, dan lain-lain.
3)      Membandingkan / mengukur, langkah ini diperlukan guna mengetahui kondisi hasil perhitungan tersebut apakah sehat atau tidak sehat.
4)      Menginterpretasikan. Interpretasi merupakan inti dari proses analisis sebagai perpaduan antara hasil perbandingan/pengukuran dengan kaidah teoritik yang berlaku. Hasil interpretasi mencerminkan keberhasilan maupun permasalahan apa yang dihadapi perusahaan dalam pengelolaan keuangan.
5)      Solusi, dengan memahami problem keuangan yang dihadapi perusahaan maka akan ditempuh solusi yang tepat.
Secara skematis prosedur analisis laporan keuangan dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:

Sedangkan menurut Darminto dan Aji Suryo (2000: 41-42) :
1.      Memahami latar belakang dan data keuangan perusahaan.
2.      Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan.
3.      Mempelajari dan mereview laporan keuangan perusahaan.
4.      Menganalisis laporan keuangan perusahaan.

Metode Analisis Laporan Keuangan
Ø      Analisis Vertikal: apabila laporan keuangan yang dianalisa hanya meliputi satu periode atau satu saat saja,yaitu dengan memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut,sehingga hanya dapat diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja.
Ø      Analisis Horizontal:  analisa dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga akan diketahui perkembangannya.
Teknik Analisis Laporan Keuangan
1.     Analisa Perbandingan Laporan Keuangan: metode dan teknik analisa dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode aatu lebih.
2.      Trend atau tendesi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang   dinyatakan dalam prosentase: suatu metode atau teknik analisa untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.
3.      Laporan dengan prosentase per komponen atau common size statement: satu metode analisa untuk mengetahui prosentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosannya yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya.
4.      Analisa Sumber dan Penggunaan Modal Kerja: suatu analisa untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
5.      Analisa Sumber dan Penggunaan Kas: suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan kas selama periode tertentu.
6.      Analisa ratio: suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan keuangan tersebut.
7.      Analisa Perubahan Laba Kotor: suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut.
8.      Analisa Break Even: suatu analisa untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan tersebur tidak menderita kerugian,tetapi juga belum memperoleh keuntungan.
9.      Analisis Perbandingan Laporan Keuangan
Teknik perbandingan dilakukan dengan membandingkan antara satu pos dengan pos lainnya yang relevan dan bermakna untuk mengetahui perbedaan, besaran, maupun hubungannya.

Perbandingan antar pos laporan keuangan dapat dilakukan melalui:
Ø      Perbandingan dalam dua atau beberapa tahun (horizontal).
Ø      Perbandingan dengan perusahaan yang dianggap terbaik.
Ø      Perbandingan dengan angka-angka standar Industri yang berlaku (Industrial Norm).
Ø      Perbandingan dengan Budget (anggaran).
Ø      Perbandingan dengan bagian, divisi, atau seksi yang ada dalamsuatu perusahaan.
Hasil perbandingan tersebut menunjukkan informasi keuangan atau data lainnya dalam bentuk:
1)      Rupiah atau unit.
2)      Kenaikan atau penurunan dalam rupiah atau unit.
3)      Kenaikan atau penurunan dalam persentase.
4)      Angka perbandingan atau ratio.
5)      Dinyatakan dalam presentase dari total atau dari penjualan.
Dalam melakukan perbandingan ini perlu diyakinkan bahwa:
1.      Standar penyusunan laporan keuangan harus sama.
2.      Size dari perusahaan yang dibandingkan harus diperhatikan bukan berarti harus sama.
3.     Periode laporan yang bandingkan  harus sama khususnya untuk laporan laba rugi dan komponennya.
Contoh 1: Neraca Perbandingan dengan tahun lalu


Sedangkan untuk menganalisa laporan keuangan untuk sederatan tahun terdapat dua dasar perbandingan yang dapat digunakan:


1.     Perbandingan dapat dibuat dengan menggunakan data pada tahun pertama sebagai dasar pembandingan. Sebagai illustrasi lihat contoh form 2.
2.     Perbandingan dapat dibuat dengan menggunakan data satu tahun di muka sebagai dasar perbandingan. Sebagai illustrasi lihat contoh form 3.
Contoh Form 2:
    Contoh Form 3:

Sebagai penjelasan tambahan : ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengisi kolom kenaikan (penurunan *):
1.      Jika tahun dasar menunjukkan jumlah negatif, perubahan relatif (dalam %) tidak diperlihatkan (tidak dihitung).
2.      Suatu rekening yang mempunyai nilai pada tahun dasar dan kosong (nol) pada periode berikutnya, penurunan diperhitungkan 100%.
3.      Angka persen tidak diberikan untuk rekening yang menunjukkan angka nol pada tahun dasar.
Sebagai illustrasi lihat contoh form 4 berikut ini:

Di samping itu, analisis perbandingan dapat diperluas dengan menunjukkan jumlah kumulatif dan angka rata-rata tahunan.
1.      Apakah data yang ada menyimpang dari angka rata-rata tahunan tersebut.
2.      Apabila terjadi penyimpangan, kemudian dapat dicari faktor-faktor penyebabnya, dan
3.      Dapat disimpulkan apakah penyimpangan tersebut menguntungkan atau merugikan.
Sebagai illustrasi lihat contoh form 5 berikut ini: