Break Even Point
Sebelum menguraikan dan menjelaskan tentang biaya-biaya BEP perlu
diketahui terlebih dahulu tentang pengertian Break Even Ponit ( BEP )
itu sendiri yang ditinjau dari berbagai sudut. Untuk lebih jelasnya akan
di kemukakan mengenai pendapat beberapa ahli dalam mendefinisikan pengertian
BEP
1.
Dari Segi Keuangan
Menurut Bambang
Riyanto ( 1995: 291 ) BEP adalah suatu tehnik analisa untukmempelajari hubungan
biaya tetap, biaya variabel, laba dan volume kegiatan penjualan. Menurut
Sutrisno ( 2000 : 216 ) BEP adalah suatu kondisi dimana pada periode tersebut
perusahaan tidak mendapat keuntungan dan juga tidak menderita kerugian.
2.
Ditinjau dari Segi Kuantitas Produksi
Menurut T. Hani
handoko ( 1984 : 307 ) BEP adalah analisa yang digunakan untuk menentukan
berapa jumlah produk ( Rupiah atau unit keluaran ) yang dihasilkan agar
perusahaan tidak rugi dan tidak untung.
3.
Ditinjau dari Segi Biaya
Menurut Mulyadi
( 1984 : 72 ) BEP adalah suatu keadaan dimana suatu usaha tidak memperoleh laba
dan tidak merugi. Dengan kata lain suatu usaha dikatakan impas apabila jumlah
penghasilan sama dengan jumlah biaya, atau apabila marginal income hanya dapat
digunakan untuk menutup biaya tetap saja.
4.
Ditinjau dari Segi Laba
Menurut komarudin
( 1983 : 44 ) BEP adalah volume keseimbangan dimana besarnya penjualan tanpa
diderita kerugian atau memperoleh laba dan menutup semua biaya yang telah
dikeluarkan.
Break Even Volume
= Biaya tetap
Hasil penjualan
– biaya variabel
Volume
penjualan
Berdasarkan pengertian dari berbagai sudut pandang diatas maka dapat
disimpulkan bahwa pengertian BEP ( Break Even Point ) adalah Suatu
keadaan dimana dalam operasi perusahaan untuk menentukan jumlah produk dalam
Rupiah atau unit perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi.
(penghasilan = total biaya).
·
Anggapan-
anggapan dan Keterbatasan Analisa Break Even Point (BEP)
Menurut Munawir
( 1990 : 197 ) Anggapan merupakan suatu konsep dasar atau dasar pemikiran yang
harus diterapkan walau pun anggapan-anggapan tersebut mungkin tidak sesuai
dengan kenyataan. Mudah tidaknya perhitungan atau penentuan titik break even
point baik denangan rumus matematika maupun grafik, tergantung pada
konsep-konsep yang mendasari perhitungan tersebut. Pada umumnya konsep atau
anggapan dasar yang digunakan dalam analisa break even point adalah sebagai
berikut :
Bahwa biaya
harus dapat dipisahkan atau diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap dan
biaya variabel dan perinsip validitas biaya dapat diterapkan dengan
tepat.Terhadap biaya semi variabel ini harus dilakukan pemisahan menjadi unsur
tetap dan unsur variabel secara teliti baik dengan menggunakan pendekatan
analitis maupun pendekatan historis.
Bahwa biaya
tetap secara total akan selalu konstan samapi tingkat kapasiats penu. Biaya
tetap adalah merupakan biaya yang selalu akan terjadi walaupun perusahaan
berhenti beroperasi.
Bahwa biaya variabel akan berubah secara proposionil (sebanding) dengan
perubahan volume penjualan dan adanya sinkronisasi antara produksi dan keadaan
penjualan.
Bahwa Harga jual produk tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat
kegiatan. Jika dalam usaha menaikkan volume penjualan dilakukan penurunan harga
jual, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya, volume dan laba.
Mungkin diantara anggapan –anggapan tersebut diatas, anggapan yang paling
pokok adalah “bahwa volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya.
Dengan adanya
anggapan-anggapan atau keterbatasan tersebut maka dalam grafik break even
garis-garis jumlah penjualan, jumlah biaya, ( baik biaya tetap maupun biaya
variabel ) semua nampak lurus. Karena semua perubahan dianggap sebanding atau
proposionil dengan volume penjualan. Disamping itu analisa break even baik
dengan mengunakan rumus matematika maupun dengan grafik tidak dapat menunjukkan
kepada management atau penganalisa tentang tingkat penjualan yang optimum dalam
arti tingkat penjualan yang dapat diperoleh keuntungan yang paling besar.
·
Analisa
Biaya, Volume, dan Laba
Analisa Impas memberikan informasi berapa tingkat penjualan minimum
yang harus dicapai suatu perusahaan agar supaya tidak menderita kerugian.
Dari analisa tersebut juga dapat diketahui sampai seberapa jauh volume
penjualan yang direncanakan boleh turun, agar supaya perusahaan tidak menderita
kerugian. Analisa Impas merupakan salah satu bentuk analisa biaya,volume salah
satu bentuk analisa biaya, volume dan laba karena untuk mengetahui impas maupun
margin of safety perlu dilakukan analisa terhadap hubungan antara biaya, volume
dan laba.
Apabila didalam analisa impas titik Berat analisa diletakkan pada tingkat
penjualan minimum yang menghasilkan laba sama dengan nol, maka dalam
analisa biaya, volume, dan laba ini titik berat analisa diletakkan pada sampai
seberapa jauh perubahan – perubahan pada biaya, volume dan harga jual berakibat
pada perubahan laba perusahaan. Untuk memudahkan analisa akibat pengaruh
perubahan biaya, volume dan harga jual terhadap laba, maka dapat dibuat garfik
laba dan volume.
§
Jenis-jenis Break Even Point ( BEP )
1.
Break Even Chart
Suatu peta yang menggambarkan grafik-grafik yang terdiri atas kurva
jumlah seluruh biaya ( tetap dan variabel ) dan kurva pendapatan pada tiap
tingkatan produksi, perpotongan kedua kurva adalah “titik kembali pokok”
( titik yang berpotongan dari 2 garis lurus yang sama besar wilayahnya ).
2.
Break Even Equation
Suatu persamaan yang dinyatakan dengan rumus :
Penjualan pada
titik kembali pokok = FC
1- Pct VC
Keterangan
:
FC
= biaya tetap
Pct
VC = Persentase biaya variabel terhadap penjualan
Break Even
Function
Fungsi kembali
pokok yang dirumuskan sebagai berikut :
FC
S
=
( 1 – VC )
Keterangan
:
S
= Jumlah penjualan
FC
= Biaya tetap
VC
= Rasio biaya variabel terhadap jumlah penjualan yang diharapkan.
·
Keterbatasan
Sistem Break Even Point
Menurut Mulyadi Keterbatasan system break even point adalah sebagai
berikut :
Garis biaya
keseluruhan yakni garis yang menggambarkan jumlah biaya tetap dan biaya
variabel seharusnya tidak digambarkan sebagai garis lurus, sebab dalam
kenyataanya biasanya biaya tersebut tidak berubah secara propesional tiap
satuan produk yang dijual dan dibuat belum tentu mengeluarkan biaya variabel
yang sama .
Garis lurus yang menggambarkan penerimaan penjualan juga tidak tepat
menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Alasannya adalah bahwa permintaan yang
ditujukan dalam bagan break even yang dikonvensional dianggap sama saja dalam
semua tingkat besarnya produksi.
Bagan break even menunjukkan gambaran yang statis sedangkan
jalannya perusahaan amat dinamis. Sering kali demi
penyederhanaan diabaikan adanya klasifikasi biaya semi variabel atau semi tetap
kemudian dimasukkan begitu saja kedalam biaya variabel atau biaya tetap.
·
Kegunaan
Dan Manfaat Analisa Impas ( Break Even )
Menurut Sutrisno analisa Break Even dapat digunakan untuk membantu
menetapkan sasaran tujuan perusahaan, kegunaan bagi menejemen antara lain
:
Sebagai dasar atau landasan merencanakan kegiatan operasional dalam
usaha mencapai laba tertentu. Sebagai dasar atau landasan untuk
mengendalikan kegiatan operasi yang sedang berjalan yaitu alat untuk pencocokan
antara realisasi dengan angka-angka dalam perhitungan Break Even atau dalam
gambar Break Even .
Sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan harga jual yaitu setelah
diketahui hasil perhitungan menurut hasil analisa Break Even dan laba yang
ditargetkan.
Sebagai dasar
pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang harus dilakukan seorang manager
suatu perusahaan.
·
Manfaat
Break Even Point ( BEP )
Manfaat Break Even Point dari berbagai segi seperti keuangan, kuantitas
yang diproduksi, perubahan harga penjualan, dan dari segi laba adalah sebagai
berikut :
a. BEP
bermanfaat bagi perusahaan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan
BEP bermanfaat
bagi perusahaan untuk menentukan jumlah peralatan dalam rupiah atau unit yang
akan dihasilkan perusahaan agar tidak rugi dan tidak untung.
BEP
bermanfaat untuk menargetkan perusahaan harga penjualan dan peralatan.
BEP bermanfaat
untuk mengetahui jumlah biaya tetap dan variabel serta hubungan pendapatan
total pada tingkat produksi.